Cerita Evan Dimas Seleksi di Timnas Bersama Pemain Idola

Gelandang Persija Jakarta Evan Dimas Darmono mengungkap cerita pernah setim dengan pemain idolanya, Ahmad Bustomi, pada saat seleksi di Tim Nasional (Timnas) untuk Piala AFF 2014 silam. Pemain asal Surabaya itu tidak pernah membayangkan sebelumnya bisa bertemu langsung satu lapangan.
“Senang dan grogi. Biasanya cuma lihat di TV, sekarang bisa satu lapangan,” kata Evan Dimas Darmono, dalam channel youtube Garuda Nusantara, baru-baru ini.
Evan Dimas dan Ahmad Bustomi memang berposisi sebagai seorang gelandang. Ahmad Bustomi lebih senior, karena usianya sudah terpaut 9 tahun dengan Evan. Akan tetapi, pemain yang ditemukan oleh Indra Sjafri tersebut mengaku saat itu bersikap profesional sebagai pesepak bola, meski harus bersaing untuk memperebutkan tempat dengan senior sekaligus panutannya.
“Meski idola saya, saya harus bersaing. Saya kagum. Melamun. Kelihatan saya tidak percaya,” tuturnya.
Baca juga: APPI Minta PSSI Lanjutkan Kompetisi 2020 Dengan Protokol Kesehatan
Sejak SD sampai dengan 1 SMP, Evan Dimas tidak mengenal Ahmad Bustomi. Baru setelah menginjak remaja, dirinya mengetahui sosok Ahmad Bustomi, ketika menonton langsung pertandingan di lapangan. Saat itu, Ahmad Bustomi tampil sangat bagus di lapangan tengah.
“Saya melihat mainnya sangat bagus pas nonton. Tapi kemudian kenal dan sering bertemu di dalam dan luar lapangan, orangnya low profile,” ceritanya.
Sebelum bermain di posisi gelandang, Evan sudah beberapa kali bermain di beberapa posisi. Saat masih kelas 4 SD sampai SMP kelas 1, Evan bermain di posisi winger kiri. Kemudian, setelah pindah ke SSB Mitra Surabaya, Evan berposisi sebagai gelandang dan bek tengah juga.
“(Posisi ideal) Saya di gelandang bertahan, agak belakang dikit. Gelandang serang bisa, asal tidak satu pemain,” ucapnya.
Baca juga: Penyebab Timnas Indonesia Tidak Berprestasi Versi Bambang Pamungkas
Kilas balik perjalanan karir Evan Dimas menjadi pemain profesional tidak semudah yang dibayangkan oleh banyak orang. Bahkan, untuk membeli sepatu saja dan masuk SSB dilarang oleh ibunya, yang sedang tidak memiliki uang. Meski sebenarnya, orang tuanya sudah mendukung pemain yang lahir di Surabaya, 13 Maret 1995 tersebut.
“Cuma pada waktu itu terkendala dengan materi, karena daftar memerlukan uang. Di situ saya materi tidak ada, orang tua bilang tidak usah di SSB. Main bola di kampung-kampung saja, tapi saya ngotot tetap di SSB, “ ceritanya.
Note: Ayo Mainkan, menangkan, kumpulkan poin sebanyak-banyaknya dan rebut hadiah keren dengan hanya memainkan Game Seru Bola Nusantara! Caranya Download dulu aplikasinya di sini