Pernah Jadi Korban Rasialisme dan Beragam Fakta Terselubung Irfan Bachdim

Bolanusantara.com - Irfan Bachdim menjadi salah satu pesepak bola yang masih aktif di Indonesia. Saat ini, Bachdim bermain di klub PSS Sleman setelah lama berkiprah untuk Bali United.

Irfan Bachdim bersama dengan Kim Jeffrey Kurniawan adalah dua nama yang sempat melejit di medio 2010 an. Khusus untuk Irfan, ia menjadi salah satu sosok penting bagi Timnas Indonesia dalam gelaran Piala AFF 2010. Sayangnya, trofi Piala AFF belum bersandar di Indonesia.

Bola Nusantara memilih lima fakta terselubung Irfan Bachdim. Beberapa fakta ini ternyata belum banyak diketahui oleh banyak orang. Apa saja itu? Cek daftarnya di sini:

 

Baca juga: Irfan Bachdim Tidak akan Menolak jika Ada Tawaran Gabung Persija atau Persib

 

Pernah Lakukan Kesalahan Fatal di Masa Muda

Tata Kurnia

Irfan Bachdim adalah wujud paripurna dari manusia. Pemain berdarah Belanda ini tak malu untuk mengakui bahwa ia pernah lakukan kesalahan fatal di masa muda.

Pengakuan dosa itu ia sebut saat menjalani video call dengan Hanif Sjahbandi dan Rendy Juliansyah. Kesalahan itu adalah ia pernah bebas makan gorengan di usia muda.

“Saya pernah muda seperti dirimu (Hanif dan Rendy). Ketika muda dulu, saya melakukan kesalahan (makan gorengan). Saat itu saya berpikir, ‘Ah, saya masih muda, masih bisa makan gorengan’. Tapi ketika kamu berumur 27/28 tahun, kamu ingat dan merasa bersalah.”

Main di Eredivisie Belanda hingga Ditolak Persija dan Persib

Tata Kurnia

Irfam Bachdim menghabiskan masa kecilnya di Belanda. Ia merupakan jebolan akademi FC Utrecht, salah satu klub tenar di Belanda. Tak hanya itu, ia bahkan sempat merasakan ketatnya Eredivisie Belanda.

“Saya sekali main di tim utama Utrecht sekali. Musim depan, mereka (Utrecht) ganti pelatih dan saya turun ke kasta kedua. Di sana saya main terus sampai klubnya bangkrut.”

 

Baca juga: Duel Bintang PSS vs Tira Persikabo: Gaya Keras Abduh Lestaluhu Bertemu Kelincahan Irfan Bachdim

 

Bermodalkan eks pemain kasta teratas Liga Belanda, nyatanya tak membuat Irfan mudah mencari klub di Indonesia. Berdasarkan pengakuannya, eks pemain Persema Malang ini pernah ditolak Persija dan Persib Bandung.

“Saya dulu trial di Bandung (Persib) dan saya ditolak. Lalu saya ke Persija waktu mereka dilatih Benny Dollo. Benny Dollo mau (saya main di Persija), tapi manajemen bilang, ‘Ah, Irfan terlalu muda’, lalu saya balik ke Belanda.”

Pemain Indonesia Berbakat, tapi Liga Thailand Lebih Baik

dok. Bali United

Irfan sempat menghabiskan beberapa tahun di Liga Thailand. Selama merumput di sana, ia merasakan pengalaman yang luar biasa. Bahkan, ia bisa menyebutkan dua perbandingan besar antara sepak bola Indonesia dan Thailand.

Bagi Irfan, bakat pesepak bola Indonesia lebih baik dari Thailand, tetapi untuk urusan kompetisi, Thailand jauh lebih baik.

“Liga Thailand itu bagus. Pasti kalau liga bagus, kompetisi bagus, pemain juga pasti lebih bagus. Talenta pemain Indonesia lebih baik dari Thailand, tapi mereka memiliki fasilitas yang memadai. Jadi, saat ini mereka (Thailand) lebih baik dari kita.”

 

Baca juga: Pelatih PSS Sleman Akui Kualitas Irfan Bachdim

 

Profesional, Alasan Irfan Bachdim Pilih Bali United

Bali United menjadi klub pertama Irfan Bachdim di Indonesia setelah sempat merumput di Thailand dan Jepang, yakni pada tahun 2017. Eks Chonburi FC ini memiliki alasan khusus ketika memilih Bali United.

“Karena saya sudah mengikuti Bali. Karena saat itu Bali United adalah salah satu klub pertama yang diatur dengan sangat baik, bahkan di sisi media sosial. Jadi, saya merasa mereka melakukan hal yang berbeda. Manajemen mereka sangat profesional dan melakukan hal yang berbeda di Indonesia.”

Pernah Menjadi Korban Rasialisme

Banyak yang salah kaprah dan menganggap Irfan merupakan pemain naturalisasi. Padahal, ia mendapatkan status Warga Negara Indonesia (WNI) karena ia memiliki darah Indonesia.

Irfan pun membeberkan fakta bahwa ia pernah menjadi korban rasialisme saat berkarier di Belanda. Alhasi, ia pun memilih membela Timnas Indonesia.

“Saat saya masih muda, saya punya dua paspor, Belanda dan Indonesia. Saat umur 16 tahun, saya sudah main di Timnas Indonesia U-23. Di Belanda ada bayak rasis, saat saya main di sana. Saya disebut orang Asia atau orang asing. Jadi, saat main di Belanda, saya tidak pernah merasa sebagai orang Belanda.”

 

Note: Ayo Mainkan, menangkan, kumpulkan poin sebanyak-banyaknya dan rebut hadiah keren dengan hanya memainkan Game Seru Bola Nusantara! Caranya Download dulu aplikasinya di sini

 

Berita Terkait