Seorang pesepak bola dengan sebuah klub bisa diibaratkan sebagai sepasang kekasih. Jika tidak cocok satu sama lain maka sangat sulit berakhir dengan indah. Hal itu tampaknya cocok dikaitkan dengan Dendy Sulistyawan dan Persela Lamongan, dua sejoli yang kembali bersatu setelah sempat terpisah lama.

Nama Dendy pertama kali dikenal pencinta sepak bola Indonesia saat mentas di Indonesia Soccer Championship 2016. Pada saat itu Dendy langsung jadi idola baru LA Mania (suporter Persela) berkat performa ciamik di lini serang Laskar Joko Tingkir.

Tercatat Dendy mengoleksi 32 penampilan bersama Persela di ISC 2016. Dia sukses mengemas tujuh gol dan lima assist. Torehan yang terbilang baus mengingat Dendy saat itu masih berusia 19 tahun.

Dendy bisa dibilang striker yang cukup lengkap. Dia tak hanya gemar menunggu di dalam kotak penalti untuk menerima operan, melainkan senang berlari ke sayap atau mundur hingga ke tengah lapangan.

Gaya main seperti itu membuat Dendy sangat sulit dikawal pemain bertahan lawan. Sebab jika Dendy melebar atau mundur ke belakang, maka secara otomatis bek tengah lawan harus menjaga yang membuat lobang di rongga pertahanan.

Tipikal main seperti ini mengingatkan pada striker senior Indonesia, Samsul Arif. Bedanya, Dendy memiliki postur lebih tinggi yang membuatnya lebih sering memenangi duel di udara ketimbang Samsul.

Berbekal talentanya tersebut, Dendy sempat menarik perhatian pelatih Timnas Indonesia, Alfred Riedl. Sayangnya, Dendy gagal menembus skuat timnas untuk pagelaran AFF 2016. Dia kalah saing dari Boaz Solossa, Lerby Eliandry, Ferdinand Sinaga, dan Muchlis Hadi Ning.

Ternyata tak cuma Riedl yang kepincut dengan bakat Dendi. Bhayangkara FC yang sedang membangun tim untuk Liga 1 2017 juga berminat mendaratkan pemain asli Lamongan itu. Dendy pun tergoda dan rela berganti seragam dari biru muda ke hijau.

Keputusan ini mengangetkan banyak pihak, tak terkecuali LA Mania. Mereka kecewa Dendy bisa dengan mudah meninggalkan tim yang telah membesarkan namanya.

Namun, Dendy menjawab rasa kecewa suporter Persela bahwa hatinya tetap milik Persela. Dia mengungkapkan alasan bergabung dengan Bhayangkara FC karena ingin mengejar cita-cita menjadi Polisi.

"Saya hengkang dari Persela karena ingin jadi polisi, bukan karena tidak loyal kepada tim yang telah membesarkan saya," kata Dendy.

Sialnya, karier Dendy bersama The Guardian tak berjalan lancar. Dia lebih sering duduk dibangku cadangan ketimbang main di lapangan hijau. Walau sempat merasakan gelar juara Liga 1 2017, nama Dendy justru terus meredup.

Pada gelaran Liga 1 2018 saja Dendy baru mencatatkan satu gol dari 445 menit bermain. Torehan yang jauh dari harapan mengingat potensi Dendy sebagai juru gedor sangat besar.

Melihat kondisi ini, Persela lewat pelatih Aji Santoso coba menyelamatkan karier sang putra daerah. Bak gayung bersambut, pemain sayap Persela, Fahmi Al-Ayubbi juga cedera yang membuat Persela harus mencari pelapis sepadan.

Bhayangkara FC pun menyambut minat Persela dengan baik. Tim asuhan Simon McMenemy ini bersedia meminjamkan Dendy ke Persela.

"Saya selalu membayangkan pasti suatu saat pulang kembali, karena di sini saya merasakan sebagai rumah sendiri, dan kenyamanan saya dapatkan," kata Dendy seperti dilansir laman resmi klub.

Kepercayaan Persela terhadap dirinya langsung dibayar kontan oleh Dendy. Masuk menggantikan posisi Al-Ayubi pada laga kontra Persipura Jayapura, Dendy langsung unjuk gigi. Dia mencetak hattrick untuk membawa Persela mengalahkan Mutiara Hitam 3-2 di Stadion Surajaya.

Para suporter Persela langsung mengelu-elukan namanya. Kini bagi Dendy tak ada lagi hujatan yang keluar dari nyanyian LA Mania melainkan sebuah dukungan untuk sang anak hilang yang telah pulang.