Beyond Series Bali United Chapter 1: Brwa Nouri, Terombang-ambing Perang, Alien hingga Jadi Bintang di Bali

Bali United TV resmi meluncurkan program baru bertajuk "Beyond Series" yang mengupas tuntas kehidupan penggawa Serdadu Tridatu di dalam dan luar lapangan. Gelandang asal Irak, Brwa Hekmat Nouri pun berkesempatan menjadi pemain pertama yang diwawancarai tim Bali United TV tentang kehidupannya. Berikut kisahnya:
Masa kecilku mungkin tak sama dengan kalian. Aku tidak pernah merasakan tertawa bersama teman-teman sebaya saat bermain bersama. Aku harus berpindah, karena perang terus menggangguku! Tapi kini, semua hal yang hilang itu kudapatkan, sepak bola membuatku bisa tertawa, menangis dan bahkan membuatku bahagia.
Saya memang tak terlalu ingat dengan masa kecil. Situasi saat itu membuatku harus selalu bergerak dari negara satu ke negara lain. Bahkan aku tidak dilahirkan di negera leluhurku, Irak. Meski begitu bukan berarti aku melupakan Irak.
Baca juga: Celoteh Bung Tara Eps 3: Brwa Nouri, Sang Maestro Dibalik Kesuksesan Bali United
"Pertama yang saya ingat dari Irak adalah, negara yang banyak perbedaan. Ada Kurdi, ada Muslim dan ada Nasrani. Saya pun hingga sekarang merasa saya adalah pribumi Irak, saya orang Kurdi dari Irak," kata Nouri.
Ya, saya memang orang Kurdi. Meski warga asli sana justru menganggapku seorang asing. Aku tetap akan bangga dan bisa berkata kepada dunia bahwa aku seorang Kurdi sampai akhir hayat.
"Karena orang Kurdi ada di Iran, Irak, Suriah dan Turki. Jadi saya tidak berbicara Arab, saya bicara bahasa Kurdi di rumah. Ayah dan ibu saya berbicara Arab dan juga Persia, tapi saya tidak,".
"Jadi bagi saya ketika pulang yaitu ke Kurdistan di Irak mereka menganggap saya imigran, tapi ketika saya pulang ke swedia, mereka juga menganggap saya imigran. Jadi saya tidak tahu dimana saya berada dan kultur dan segala yang telah terjadi. ini cukup keras bagi saya," ungkap Nouri.
Ada pandangan yang berbeda dari mata mereka. Aku tahu itu! Pandangan para pemain tim nasional Irak saat aku bermain bersama mereka. Mereka anggap aku alien. Mungkin aku dianggap, sosok makhluk asing yang bisa memakai jersey kebanggaan Irak.
Aku memang tidak bisa memaksa mereka untuk tiba-tiba menyukaiku. Saya hanya bisa menunjukkannya lewat sepak bola. Hal yang paling kucintai di dunia ini.
""Saya merasa tidak pernah merasa lelah dalam hal sepak bola. Saya tidak pernah merasa apapun kecuali cinta karena ketika pertama kali saya menyentuh bola, saya merasa kenyamanan. Mungkin sama halnya seperti sebagian orang yang senang melukis, menari atau bernyanyi," ujar Nouri.
Lewat sepak bola, aku perlahan mulai mendapatkan perhatian mereka. Aku mulai dianggap menjadi bagian dari mereka. Karena memang dari awal aku adalah mereka.
"Dengan berjalannya waktu, mereka bisa melihat saya kalau saya orang baik dan saya pemain bola yang bagus hingga mereka bisa menerima saya. Namun pada awalnya itu bukan pengalaman yang mudah,".
Baca juga: Bagaimana Liga 1 Versi Football Manager 2020? Bali United di Puncak, Persebaya Terseok
Mungkin pengalaman ini membentuk karakterku hingga sekarang. Aku selalu haus akan tantangan. Aku seorang pejuang. Tidak bisa aku berdiam diri dan menikmati situasi yang aman. Kenyamanan membuatku gelisah.
Hingga akhirnya aku mendapat kabar bahwa tim asal Bali tertarik denganku. Ini suatu tantangan besar bagi karierku. Sebab, di Swedia, aku sudah merasa sangat nyaman. Saya butuh lembaran baru. Saya harus membuat cerita baru yang belum tertulis.
"Saat datang ke Bali, saya harus kembali belajar dan beradaptasi. Semuanya dari awal. Saya merasa tidak nyaman dan itu merupakan hal terbesar. Itu merupakan keinginan saya datang ke Bali untuk belajar dan merasa tidak nyaman dan memulai petualangan baru,".
Benar saja! Aku cukup kaget dengan sepak bola di Indonesia. Ada perbedaan yang agak besar dari sepak bola yang saya tahu dengan di yang ada di sini. Perbedaan itu adalah soal pemahaman taktik.
Para pemain lokal di sini sebenarnya memiliki tekhnik yang bagus. Mereka juga bisa dibilang hebat. Tapi kadang tekhnik yang bagus tidak akan berguna jika tidak dipakai disaat tepat. Mengambil keputusan dalam waktu sepersekian detik itulah yang membedakan sepak bola Eropa dengan Indonesia.
"Tidak ada masalah dengan tekhnik, tapi yang harus dilakukan dari tekhnik itu adalah pengambilan keputusan. Tidak ada yang mengajarkan hal itu di sini. Ketika pemain bisa mendekati tingkat itu dan kapan harus dilakukan, itu maka akan jadi perbedaan besar,".
Tapi lagi-lagi hal ini justru jadi tantangan bagiku. Aku harus bisa cepat beradaptasi. Pada awalnya memang sangat sulit karena aku harus memulai dari awal. Faktor cuaca, kultur hingga makanan semua berpengaruh.
Sulit rasanya bisa langsung bermain bagus di negara yang semuanya berbeda dengan di Eropa atau di Irak. Itu makanya aku terlihat sangat kesulitan pada musim awal bersama Bali United.
Baca juga: Bali United Kerjasama dengan CBN, Internet di Stadion Dipta Terjamin
Aku tidak mau menyerah. Apalagi menyerah di sepak bola, karena ini adalah sesuatu yang amat aku cintai. Setidaknya kesulitan itu selalu bisa terbantu karena keberadaan fans Bali United.
Semeton Dewata selalu menghadirkan gairah dan semangat yang membara. Itu melecutku untuk berusaha tampil sebaik mungkin. Aku sadar mereka menganggap aku sesuatu yang penting. Dan aku harus membalasnya!
"Saya datang dari klub kecil di Swedia, jadi atmosfernya tidak sebesar di Bali. Bagi saya kami sangat senang bermain dengan suporter yang bernyanyi dari awal sampai akhir. Passion yang mereka memiliki dan betapa pentingnya kami bagi mereka. Itu hal terbaik di Bali," ungkap Nouri.
Saksikan video lengkap wawancara eksklusif tim Bali United TV dengan Brwa Nouri hanya di channel youtube Bali United TV dan bisa juga dengan mendownload Bali United Apps.