Persebaya Surabaya dan Sejarah Perlawanan yang Panjang

Dibelah Dua, Persebaya dan Bonek Melawan
Tak hanya sanksi, Persebaya juga mendapatkan masalah yang lain. Internal mereka dipecah. Wisnu Wardana (WW) membentuk Persebaya tandingan yang berlaga di Divisi Utama PSSI. Tak berisikan pemain asli Persebaya, klub bikinan WW diisi oleh pemain Persikubar Kutai Barat.
Klub kloningan ini membuat Persebaya yang asli tak bisa bermain dengan bebas di Surabaya. Persebaya yang asli mengubah namanya dengan Persebaya 1927 dan tak direstui Nurdin Halid, Ketum PSSI yang sempat memimpin PSSI dari bilik penjara.
Lalu, bagaimana dengan Bonek? Bonek melawan. Mereka memilih tak datang ke stadion yang menyajikan Persebaya kloningan.
Baca juga: Jelang Persija Vs Persebaya: Jejak Kemesraan Jakmania & Bonek
Kondisi berubah saat Djohar Arifin menjadi penguasa PSSI. Kompetisi IPL berjalan dengan Persebaya sebagai salah satu peserta. Status mereka kembali aman dan Persebaya 1927 diakui.
Masalah tak berhenti. Dualisme liga kembali berjalan. Islah dilakukan oleh Roy Suryo yang saat itu menjabat sebagai Menpora. Klub-klub yang bernaung di IPL, dipaksa untuk mengikuti aturan yang tak jelas. Hanya satu klub yang bertahan dengan pendirian: Persebaya Surabaya.
Persebaya 1927 menolak untuk menyerah dan tetap melawan. PSSI tak mengakui Persebaya 1927. Alhasil, mereka tak bisa mengikuti kompetisi, Bonek dipaksa untuk berdiam di rumah, melipat spanduk dan syal. Bonek tak ingin mendukung klub yang tak jelas masa lalunya. Di dalam hatinya, hanya ada Persebaya.
Jalur hukum digunakan untuk mengembalikan Persebaya ke tempat aslinya. Bonek bertahun-tahun absen dari kancah persepakbolaan Indonesia. Mereka enggan mendukung Persebaya kloningan yang berada di bawah naungan PSSI.